Friday, 5 July 2019

Salah Siapa Generasi ini Tergerus Zaman




Masih ingatkah dibenak kita dengan permainan-permainan tradisonal yang dulu digandrungi oleh banyak anak-anak pada masanya. Seperti permainan petak umpet, angkling, layang-layang, gobaksodor dan lainnya. Permainan tempo dulu itu sudah jarang didengar bahkan jarang diketahui oleh anak-anak jaman sekarang yang lebih senang menghabiskan waktunya di depan gawai (gadget). Bagaimana kabar permainan tempo dulu itu sekarang ini ?
Perubahan era sudah meminggirkan permainan tradisional dari ruang kehidupan hari ini. Bisa dikatakan permainan tradisional ini sebagai kekayaan kebudayaan yang nyaris punah.b Permainan tradisional bukan sekedar permainan, melainkan suatu nilai, keindahan bagian dari budaya Indonesia yang harus Kita lestarikan dan pelihara agar tidak termakan oleh perkembangan zaman.
Di tempat saya tinggal saat ini, bukanlah kota besar seperti kota Metropolitan sana, tetapi saya sangat jarang menjumpai anak-anak bermain permainan tradisional. Dimana anak-anak yang ramai bermain di halaman rumah yang lalu dengan riang memainkan sejumlah permainan tradisional?
Dari tahun ke tahun perilaku budaya orang-orang di sekitar saya sangat berubah. Anak-anak terutama. Dulu setelah pulang sekolah anak-anak banyak yang berada di luar rumah untuk bermain dengan teman sebayanya. Mereka bermain sampai lupa waktu, sampai kadang dicari dan dimarahin karna lupa makan dan mandi. Hal ini sudah jarang kita temui lagi sekarang. Anak-anak setelah pulang sekolah, mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan gawai (gadget). Sangat berbeda dengan fenomena yang ada saat ini dan yang terjadi pada generasi saat ini.
Nah, kalo sudah begini ini salah siapa?
Salah kecanggihan teknologi yang ada pada saat ini? Salah Pemerintah yang kurang mensosialisaikan tentang kebudayaan dan permainan tradisional? Salah orang tua yang terlalu sibuk dengan karir dan bisnisnya hingga membiarkan anaknya asik dengan gawai asal anak tidak rewel?
Dalam era jaman sekarang ini sayang jika permainan tradisional terkikis, banyak nilai yang dapat kita peroleh bahwa permainan tradisional juga dapat menjaga budaya serta melestarikanya dari jaman ke jaman. Jika dolanan itu hilang maka ciri khas dari suatu daerah melalui dolanan dulu akan hilang dan tidak akan pernah dapat kita temui di masa yang akan datang. Tapi saat ini pada jaman yang dibilang lebih praktis dan efisien ini orang tua lebih membiarkan anak yang masih berusia dini sekalipun diperkenalkan dengan permainan-permainan yang canggih sehinnga dapat mengubah pola pikirnya menjadi lebih konsumtif. Banyaknya berbagai macam permainan dengan teknologi visual dan lebih praktis menjadikan anak ketagihan dan pemikiran mereka hanya tertuju pada dunia visual bukan dunia nyata yang ada pada lingkungan sekitar. Hal itu sendiri dapat mengurangi komunikasi seorang anak, sehingga dia hanya ingin diam dan malu untuk berbicara ketika dihadapkan dengan teman-teman seusianya. Padahal dalam usia tersebut, anak-anak harus berlatih untuk berkomunikasi agar dia tumbuh baik kedepannya.
Penelitian Puji Asmaul Husna (2017) yang diterbitkan Jurnal Dinamika Penelitian memaparkan bahwa orang tua merasa lebih tenang dan aman jika anaknya bermain gawai di rumah. Namun, mereka belum berpikir lebih jauh terkait bahaya gawai, antara lain: anak sulit bersosialisasi, perkembangan motorik menjadi lamban, dan perilaku yang berubah drastis. Psikolog anak Yulita Patricia Semet juga mengatakan “melakukan permainan tradisional dapat melatih kognitif atau kemampuan daya pikir (akal) anak, melatih kesabaran, ketelitian dan kreatifitas, juga mendukung perkembangan fisik dan sensorisnya. Permainan tradisional mengajarkan anak-anak untuk memiliki kemampuan Problem Solving”.

Banyak hal yang menjadi faktor semakin menghilangnya permainan tradisional itu, sehingga tidak semeriah dan semarak seperti waktu itu. Seperti perkembangan pola pikir orang tua yang mengarah pada hal yang praktis. Selain itu semakin menipisnya lahan yang ada saat ini hingga mempengaruhi persediaan tempat untuk bermain permainan yang dulu menjadi trend itu.
Kita sebagai generasi muda yang pernah  mengalami masa kecil dan pernah memainkan permainan tradisional tersebut, memiliki kewajiban meneruskan warisan budaya ini kepada generasi selanjutnya. mengajak masyarakat untuk kembali menengok kegembiraan anak dengan sejumlah permainan tradisional, yang kini banyak ditinggalkan dan mensosialisasikan kembali permainan tradisional yang semakin hari kian tergerus oleh perubahan era. Dengan begitu, anak-anak di masa yang akan datang dapat merasakan bermain permainan tradisional dan tumbuh menjadi anak yang cerdas dalam menjalani kehidupannya ketika dewasa.
Resah akutu lantaran anak-anak jaman now mainannya udah lain,,Duhh~

No comments:

Post a Comment