Friday, 1 March 2019

Perempuan Pendamba Kebebasan



Banyak orang yang memilih untuk meninggalkan kehidupan normal untuk hidup berpindah-pindah mengikuti kata hatinya. Rutinitas yang membosankan membuat orang-orang tersebut memutuskan untuk pergi berpetualang dan bekerja berdasarkan hobi mereka masing-masing. Menarik ya?
Untuk berpetualang, kita tidak perlu melihat gender dan fisik.
Kenapa tidak perlu melihat gender?
    Sebagian manusia itu lucu ya, mereka selalu membandingkan antara laki laki dan perempuan. Bukankah mereka (laki-laki dan perempuan) itu hanya beda bentuk fisik dan jenis kelamin saja? Anda boleh tidak sependapat.
Laki-laki selalu identik dengan kata kuat, pemberani, tangguh, dan tegas. Memang tidak ada perempuan yang seperti itu? Dan perempuan identik dengan kata lembut, cengeng, lemah dan sopan. Memang tidak ada laki-laki yang seperti itu?
Mereka terlalu memikirkan ke perempuanannya. Mungkin karena setiap perempuan berpikir ke perempuanannya, jadi secara masyarakat juga selalu berpikir “gender interest”. Akhirnya tidak melakukan apa-apa dan tidak maju kemana-mana. Saya pikir kita harus mulai untuk berbicara "apa yang bisa kita (perempuan) lakukan". Jangan berpikir "apa yang bisa kita lakukan sebagai perempuan"
   Apa yang bisa kita lakukan untuk diri sendiri? Apa yang bisa kita lakukan di masyarakat? Apa yang bisa kita lakukan untuk masyarakat? Jadi jangan sekedar dari kacamata atau tolak pikir seorang perempuan. Selama itu kita bisa lihat, kita rasakan, pikirkan, ya lakukan. Tidak peduli perempuan atau laki-laki.
Begitu juga dengan berpetualang.
Perempuan juga boleh menikmati petualangan dengan bebas. Sedangkan bagi sebagian orang perempuan harus jauh dari kata bebas. Katanya perempuan itu harus kalem, tinggal di rumah, tidak suka main jauh kemana-mana.
Apakah harus seperti itu?
Dibutakan matanya dengan dikurung di lingkaran cerita tetangga.
Dipatahkan kakinya dengan anggapan bahwa seperti itulah kodratnya.
Kuliah pulang, kerja pulang makan tidur lalu seperti itu lagi tugasnya.
Kasihan!
Hilang kemerdekaan dijajah mulut-mulut tak berpengalaman yang hanya paham dunia pekarangan.
Dengarkan saja kata hati, jangan dengarkan kata orang. Karena tidak semua orang hati, perasaan dan akal nya berfungsi.
Ada seorang perempuan yang menentang pernyataan bahwa perempuan itu adalah makhluk yang lemah dan harus jauh dari kata bebas.
 Ya, perempuan itu kerap dipandang sebagai perempuan aneh dan perempuan gila. Dia salah satu perempuan nekat yang suka berpetualang. Mulai dari pindah-pindah sekolah, berpindah-pindah kota dan tempat kerja, dan mencoba hal-hal yang membuat dia penasaran meskipun sendiri dan harus melepaskan sesuatu yang dia miliki saat itu. Dia tidak pernah menyesal dengan keputusannya. Karena yang dia pikirkan adalah seperti ini “memang ada yang harus dilepaskan untuk mendapatkan sesuatu yang baru dan lebih baik”.  
Dia tidak pernah memikirkan bagaimana jika uangnya habis, bagaimana dia bisa bertahan hidup jika dia tidak bekerja.  Karena bagi dia, hidup itu tidak melulu soal uang. Kalau  hidup melulu soal uang, mungkin Ayah dan Ibu kita sudah lama menukar kita dengan beras ketika mengalami ekonomi yang sulit dan tidak bisa membeli beras untuk dimakan.  Dan ketika dia masih diberi nyawa dengan Tuhan, maka dia pasti akan diberi rezeki.

Dia selalu melakukan apa yang ada di pikirannya.  Dia sangat tertarik dengan hal baru yang menurutnya menantang dan jarang dipikirkan orang lain. Pikirannya selalu bebas kesana kemari. Awalnya, tubuhnya memang terpasung, tapi fikirannya selalu terbang bebas sebebas-bebasnya. Mau kerja, mau belajar, mau apa kalau pikiran kita tidak bebas, maka tidak akan kemana-mana. Pertama bebaskan, kita mau apa, buka pikiran, lihat sekeliling, jika ada yang menarik coba lihat, pikirkan, jika suka , lakukan, itu prinsip dia.
Naik gunung, pergi dari kota satu ke kota yang lain, mencoba memiliki pekerjaan lebih dari satu, mencari teman dengan mengikuti banyak kegiatan sosial dan bergabung dengan banyak organisasi yang dia tidak mengerti sama sekali, mendengarkan cerita dari orang baru yang baru dia temui di cafe-cafe hingga fajar datang, dan membaca buku sebanyak mungkin ketika dia merasa sendiri. Begitu bebas hidupnya.
Ingat, dia perempuan yang tubuhnya terpasung oleh kekangan keluarganya, tapi begitu bebas pikirannya hingga dia dapat melakukan semua yang dia fikirkan. Hutan, pegunungan, dan sawah merupakan tempat favoritnya. Dari ketinggian, dia bisa mentertawakan kesibukannya yang sering dia lakukan di kota. Suara angin, suara air dan burung yang berkicau selalu menenangkan pikiran dan hatinya. Dia  kerap menggunakan moment itu untuk berfikir tentang bagaimana petualangan selanjutnya.
Apakah petualangan adalah tentang mengabaikan rumah untuk dianggap keren? Apakah petualangan adalah tentang menyendiri untuk keangkuhan diri?
Apakah petualangan adalah tentang melupakan keindahan kasih orangtua, untuk melihat keindahan alam?
Berpetualang dalam hidup itu penting. Karena pada akhirnya hidup adalah sebuah petualangan. Beragam kisah seru tertuang di dalamnya. Banyak hal yang luar biasa dapat terjadi di setiap episodenya, membuat kita belajar dan berpikir untuk menyelesaikan petualangan itu atau menyudahinya tanpa mengerti saat-saat menegangkan, dan bagaimana akhir dari petualangan itu.

Sebagai perempuan, dia sering mendapat pertanyaan tentang kendala dan bagaimana dia bisa bertahan? Dia selalu mendapat pertanyaan darimana dia mendapat uang untuk melakukan petualangannya? Bagaimana bisa dia meninggalkan pekerjaan yang bahkan diidamkan oleh orang lain begitu saja.
Ya, pertanyaan yang bagus dan wajar.
Dalam hal berpetualang pasti ada kendala, mulai dari waktu, uang dan kesehatan. Karena dia perempuan, ada hal private sebagai perempuan yang kadang agak susah. Seperti misalnya ketika dia datang ke tempat tidak ada MCK yang benar dan dia harus mengganti pembalut saat dia datang bulan. Ketika dia kehabisan uang dan harus bekerja seadanya sesuai skill yang dia punya sampai akhirnya dia bisa survive. Dengan cara dia bekerja, tidak ada yang mempermasalahkan perempuan atau laki-laki. Jangan pikirkan tentang perbedaan.
Soal pekerjaan yang dia tinggalkan demi hal baru yang diinginkan, dia selalu ingat kata tokoh idolanya Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan “Cari pekerjaan yang anda suka. Berkarir, berfikir, ber-eksplorasi dengan kegembiraan. Kalau anda gembira, tenaga anda juga besar. Kalau tenaga anda juga besar, anda akan mencapai hal yang lebih besar. Kalau anda tidak suka, cari yang anda suka, belajar yang anda suka. Kegembiraan adalah energi."
Hal tersebut yang selalu membuatnya tidak perlu banyak berfikir dalam mengakhiri karier dan kembali berpetualang untuk hal baru.
Dia memang perempuan yang mendambakan kebebasan, memiliki kemandirian yang tinggi dan tidak ingin dipandang lemah. Merokok, bertato, pecandu kopi dan berpakaian seadanya, sangat beda dengan perempuan pada umumnya. Tato dan rokok telah menjadi bagian dari diri dia selama bertahun-tahun. Ini adalah cara dia menjalani hidup dia, memakai kaos oblong sudah menjadi kebiasaan dia yang mebuat dia nyaman jika dibanding harus memakai baju kekinian yang membuatnya risih dan ribet.
Dan kebetulan dia selalu bekerja di perusahaan yang tidak mengharuskan dia untuk tidak bertato. Sementara masalah merokok dan ngopi ya itu kebiasaan yang kemungkinan menjadi seperti kecanduan. Hobi yang tidak sehat. Tapi yah adalah bagian dari diri dia.
Tapi semaskulin apapun dia, dia tetap perempuan, sama dengan perempuan lain. Dirinya yang orisinil ini tak bisa dilawan dengan fabrikasi (pencitraan buatan) apapun. Penampilannya pun dianggap tidak sesuai dengan "norma" perempuan-perempuan sekitarnya.
 Taukah kamu hal yang paling menyebalkan dari petualangan adalah sekali kau terkena racunnya, kau akan kecanduan. Kau akan mencari cara untuk kembali berkelana, meski harus menumpang mobil, tidur mengemper. Dan ketika kau tiba di pada impianmu, kau tahu semua pengorbanan itu sepadan.
Bisa dibilang petualangan adalah tentang menghilang untuk menemukan, melangkah untuk memaafkan, mengalah untuk membahagiakan, dan pergi untuk pulang.
Jangan takut untuk berpetualang dan jangan berpetualang jika takut.

No comments:

Post a Comment