Gunung Prahu Cooffee Day
(GPCD) merupakan event tahunan yang diselenggarakan oleh Gerakan Pemuda Peduli
Potensi Bawang (GP3B) yang bekerja sama dengan
berbagai komunitas asal Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang sudah dilaksanakan tiga
tahun terakhir ini. Acara tersebut diselenggarakan sebagai salah satu wadah
atau terobosan komunitas GP3B untuk
mengangkat dan memperkenalkan kopi lokal dan wisata daerah Bawang. GP3B merupakan komunitas para pemuda di Kecamatan Bawang, Kabupatan Batang Jawa
Tengah.
Gunung Prahu Coffee Day
diselenggarakan di Agrowisata Damar Asri Desa Deles, Kecamatan Bawang Kabupaten
Batang. Acara GPCD tahun ini mengangkat tema Romantic Coffee Tunes dan dihadiri oleh Bapak Wihaji selaku Bupati Batang.
rahmathadi.com |
Lomba brewing battle merupakan acara pokok pada GPCD. Puluhan barista dari
berbagai kota beradu keahlian menyajikan kopi nikmat. Band lokal dan musik indie adalah suguhan yang
menghangatkan suasana malam itu .
Di area GPCD juga disediakan Camp Area
untuk para pengunjung dari luar kota. Acara GPCD tahun ini cukup berbeda,
mereka mengadakan bedah buku dan didatangkan langsung Penulis Buku Kilimanjaro (Menapak
atap Afrika), ya Bang Rahmat
Hadi. “Ujar Danang Indra selaku panitia yang ditemui pada malam itu” (2 Maret
2019).
Dalam acara bedah buku tersebut, Bang Hadi mengulas bukunya yang berjudul Kilimanjaro (menapak atap Afrika). Beliau menceritakan kisah petualangan bagaimana dia sampai ke Punjak Gunung Kilimanjaro yang merupakan salah satu dari 7 Puncak tertinggi di dunia. Menabjubkan!
Di barisan paling depan saya tercengang dengan cerita
petualangannya.Sengaja saya berdiri paling depan malam itu, bahkan saya
meninggalkan kopi yang sedang dipesan karena acara bedah buku akan segera
dimulai. Saya merupakan penanya pertama dari 3 orang yang beruntung mendapatkan
Buku Kilimanjaro sekaligus tanda tangan dari Bang Hadi. Setelah 3 buku
selesai dibagikan, di penghujung acara Bedah Buku Kilimanjaro dari jarak yang
sedikit jauh datang seorang perempuan tua dan beliau mengajukan pertanyaan
tentang situasi serta cara pendakian di Kilimanjaro. Perempuan itu adalah Bu
Yuni seorang perempuan yang berusia 66 tahun. Siapa sangka beliau merupakan perempuan
yang sudah menapakkan kakinya di beberapa puncak gunung di Indonesia. Bu Pendaki,
ya beliau kerap disapa dengan panggilan Bu Pendaki sesuai dengan hobi dan
aktifitas ekstrimnya.
Baru pertama saya melihat sosok pendaki yang se-tua
beliau, bahkan dia seorang perempuan. Luar biasa. Hobi dan aktifitas yang
membutuhkan tenaga dan stamina prima. Hobi yang lebih banyak digeluti kaum
muda. Usia hanyalah soal angka, dan gender hanyalah perbedaan sex dan fisik.
Masih dalam
balutan rasa yang sangat bahagia karena mendapatkan buku Kilimanjaro dari sang
penulis langsung dan bisa sharing tentang pendakian ketika saya
mengajukan pertanyaan. Saya terharu dan speechless
dengan beliau yang aktif mendaki sejak 7 tahun silam. Tak pernah menyangka
sosok perempuan asal Pekalongan itu masih sanggup melakukan pendakian.
Terhitung sudah banyak gunung yang didaki, dalam dan luar Jawa. Terakhir beliau
menginjakkan kaki di Puncak Gunung Rinjani. Rencana beliau akan mendaki salah
satu gunung impian beliau, yaitu
Gunung Mahameru..
Suatu kehormatan dan kesempatan luar biasa dapat
bertemu dan berinteraksi dengan Bang Rahmat Hadi dan Bu Yuni. Peserta event
yang didominasi pencinta kopi dan penggiat alam dari berbagai tempat malam itu
sangat antusias dan tercengang mendengar pengalaman mendaki dari Bang Rahmat
Hadi dan Bu Yuni.
Ternyata bukan hanya saya dan para peserta GPCD
yang hadir di situ yang sangat salut dengan petualangan beliau. Bang Hadi pun sangat kagum dengan beliau. Bahkan sebagai wujud rasa kagum dan salut atas semangat Ibu Yuni yang luar biasa, bang Hadi memberikan dukungan agar Ibu Yuni dapat mewujudkan mimpi menjejakkan kaki di Mahameru, puncak guung impian beliau. Suara riuh dari sorakan
dan tepuk tagan peserta Coffee Day
malam itu memecah suasana menjadi sangat ramai. Sungguh suasana yang begitu
menyenangkan dan mengharukan.
Sesaat setelah acara bedah buku selesai, saya
langsung menyodorkan bolpoin kepada Bang Rahmat Hadi untuk meminta tanda tangan
pada buku yang beliau beri untuk saya. Dengan tulisan “To: Virgiana, bermimpilah
dan wujudkan. Salam sukses”
Kembali ku ajukan pertanyaan saat beliau sibuk
menulis, “Apakah Anda pernah ke Semarang?”. “sering, tapi saya belum pernah
mengadakan event disana”. Kebetulan saya akan menjadi salah satu
panitia dalam acara "Sejuta Buku untuk Indonesia"
di Semarang, dan beliau berkenan diundang dalam acara tersebut. Sungguh suatu
kesempatan langka yang terjadi malam itu.
Kopi memang hobi dan sebuah
kebutuhan bagi saya. Membaca dan Mendaki adalah kegiatan baru yang saya gemari beberapa
tahun terakhir. Saya merasa menjadi orang yang paling beruntung malam itu bisa
bertemu dengan Bang Hadi dan Bu Yuni. Awalnya saya sempat putus asa
karena saya pikir tidak akan bisa datang dalam acara GPCD karena tugas
kerja dadakan di luar kota yang seharusnya itu adalah hari libur. Entah takdir
atau nasib ternyata Tuhan masih baik pada saya. Saya masih bisa melihat semi
final battle kopi malam itu.
Jalan sempit nan sepi, langit yang gelap dan gerimis
deras yang mengantar saya sampai di acara tersebut seolah menjadi saksi perjuangan
kesana. Semua sepadan, banyak hal menabjubkan terjadi. Buku, mendapat
cerita tentang petualangan dari orang-orang hebat. Baru kemarin saya tulis tentang sebuah
petualangan, dan malam itu saya bertemu dengan sang petualang yang sesungguhnya.
Batang, Maret
2019
Ulasan yang sangat menarik lagi mengalir. Kegiatan yang sangat bermanfaat. Proud of you, Eta
ReplyDeleteceritanya menarik sekali...
ReplyDelete