Tuesday, 5 March 2019

Kisah Klasik Gunung Prahu Coffee Day


Gunung Prahu Cooffee Day (GPCD) merupakan event tahunan yang diselenggarakan oleh Gerakan Pemuda Peduli Potensi Bawang (GP3B) yang bekerja sama dengan berbagai komunitas asal Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang sudah dilaksanakan tiga tahun terakhir ini. Acara tersebut diselenggarakan sebagai salah satu wadah atau terobosan komunitas GP3B untuk mengangkat dan memperkenalkan kopi lokal dan wisata daerah Bawang. GP3B merupakan komunitas para pemuda di Kecamatan Bawang, Kabupatan Batang Jawa Tengah.
Gunung Prahu Coffee Day diselenggarakan di Agrowisata Damar Asri Desa Deles, Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Acara GPCD tahun ini mengangkat tema Romantic Coffee Tunes dan dihadiri oleh Bapak Wihaji selaku Bupati Batang.
rahmathadi.com
Lomba brewing battle merupakan acara pokok pada GPCD. Puluhan barista dari berbagai kota beradu keahlian menyajikan kopi nikmat. Band lokal dan musik indie adalah suguhan yang menghangatkan suasana malam itu . Di area GPCD juga disediakan Camp Area untuk para pengunjung dari luar kota. Acara GPCD tahun ini cukup berbeda, mereka mengadakan bedah buku dan didatangkan langsung Penulis Buku Kilimanjaro (Menapak atap Afrika), ya Bang Rahmat Hadi. “Ujar Danang Indra selaku panitia yang ditemui pada malam itu” (2 Maret 2019).

Dalam acara bedah buku tersebut, Bang Hadi mengulas bukunya yang berjudul Kilimanjaro (menapak atap Afrika). Beliau menceritakan kisah petualangan bagaimana dia sampai ke Punjak Gunung Kilimanjaro yang merupakan salah satu dari 7 Puncak tertinggi di dunia. Menabjubkan!
Di barisan paling depan saya tercengang dengan cerita petualangannya.Sengaja saya berdiri paling depan malam itu, bahkan saya meninggalkan kopi yang sedang dipesan karena acara bedah buku akan segera dimulai. Saya merupakan penanya pertama dari 3 orang yang beruntung mendapatkan Buku Kilimanjaro sekaligus tanda tangan dari Bang Hadi. Setelah 3 buku selesai dibagikan, di penghujung acara Bedah Buku Kilimanjaro dari jarak yang sedikit jauh datang seorang perempuan tua dan beliau mengajukan pertanyaan tentang situasi serta cara pendakian di Kilimanjaro. Perempuan itu adalah Bu Yuni seorang perempuan yang berusia 66 tahun. Siapa sangka beliau merupakan perempuan yang sudah menapakkan kakinya di beberapa puncak gunung di Indonesia. Bu Pendaki, ya beliau kerap disapa dengan panggilan Bu Pendaki sesuai dengan hobi dan aktifitas ekstrimnya.
Baru pertama saya melihat sosok pendaki yang se-tua beliau, bahkan dia seorang perempuan. Luar biasa. Hobi dan aktifitas yang membutuhkan tenaga dan stamina prima. Hobi yang lebih banyak digeluti kaum muda. Usia hanyalah soal angka, dan gender hanyalah perbedaan sex dan fisik.
 Masih dalam balutan rasa yang sangat bahagia karena mendapatkan buku Kilimanjaro dari sang penulis langsung dan bisa sharing tentang pendakian ketika saya mengajukan pertanyaan. Saya terharu dan speechless dengan beliau yang aktif mendaki sejak 7 tahun silam. Tak pernah menyangka sosok perempuan asal Pekalongan itu masih sanggup melakukan pendakian. Terhitung sudah banyak gunung yang didaki, dalam dan luar Jawa. Terakhir beliau menginjakkan kaki di Puncak Gunung Rinjani. Rencana beliau akan mendaki salah satu gunung impian beliau, yaitu Gunung Mahameru..
Suatu kehormatan dan kesempatan luar biasa dapat bertemu dan berinteraksi dengan Bang Rahmat Hadi dan Bu Yuni. Peserta event yang didominasi pencinta kopi dan penggiat alam dari berbagai tempat malam itu sangat antusias dan tercengang mendengar pengalaman mendaki dari Bang Rahmat Hadi dan Bu Yuni.
Ternyata bukan hanya saya dan para peserta GPCD yang hadir di situ yang sangat salut dengan petualangan beliau. Bang Hadi pun sangat kagum dengan beliau. Bahkan sebagai wujud rasa kagum dan salut atas semangat Ibu Yuni yang luar biasa, bang Hadi memberikan dukungan agar Ibu Yuni dapat mewujudkan mimpi menjejakkan kaki di Mahameru, puncak guung impian beliau. Suara riuh dari sorakan dan tepuk tagan peserta Coffee Day malam itu memecah suasana menjadi sangat ramai. Sungguh suasana yang begitu menyenangkan dan mengharukan.
Sesaat setelah acara bedah buku selesai, saya langsung menyodorkan bolpoin kepada Bang Rahmat Hadi untuk meminta tanda tangan pada buku yang beliau beri untuk saya. Dengan tulisan “To: Virgiana, bermimpilah dan wujudkan. Salam sukses”
Kembali ku ajukan pertanyaan saat beliau sibuk menulis, “Apakah Anda pernah ke Semarang?”. “sering, tapi saya belum pernah mengadakan event disana”. Kebetulan saya akan menjadi salah satu panitia dalam acara "Sejuta Buku untuk Indonesia" di Semarang, dan beliau berkenan diundang dalam acara tersebut. Sungguh suatu kesempatan langka yang terjadi malam itu.
Kopi memang  hobi dan sebuah kebutuhan bagi saya. Membaca dan Mendaki adalah kegiatan baru yang saya gemari beberapa tahun terakhir. Saya merasa menjadi orang yang paling beruntung malam itu bisa bertemu dengan Bang Hadi dan Bu Yuni. Awalnya saya sempat putus asa karena saya pikir tidak akan bisa datang dalam acara GPCD karena tugas kerja dadakan di luar kota yang seharusnya itu adalah hari libur. Entah takdir atau nasib ternyata Tuhan masih baik pada saya. Saya masih bisa melihat semi final battle kopi malam itu.
Jalan sempit nan sepi, langit yang gelap dan gerimis deras yang mengantar saya sampai di acara tersebut seolah menjadi saksi perjuangan kesana. Semua sepadan, banyak hal menabjubkan terjadi. Buku, mendapat cerita tentang petualangan dari orang-orang hebat.  Baru kemarin saya tulis tentang sebuah petualangan, dan malam itu saya bertemu dengan sang petualang yang sesungguhnya.



Batang, Maret 2019

2 comments:

  1. Ulasan yang sangat menarik lagi mengalir. Kegiatan yang sangat bermanfaat. Proud of you, Eta

    ReplyDelete